Home » » Kebutuhan Khusus Pendidikan Anak Tunagrahita

Kebutuhan Khusus Pendidikan Anak Tunagrahita

tutwuri-handayaniwarna

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
    Di mana-mana didunia ini, disamping ada anak yang normal, adapula anak dibawah normal dan diatas normal. Beberapa anak lebih cepatbelajar daripada anak yang lain, di samping ada juga anak yang belajar lebihlamban dari teman seusianya. Demikian pula perkembangan sosial anak, adayang cepat, ada pula yang lebih lamban dari anak normal. Anak-anak dalamkelompok di bawah normal dan/atau lebih lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak terbelakang mental: istilah resminya di Indonesia disebut anak tunagahita (PP No. 72 Tahun1991).Anak tunagahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas beradadi bawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyusahkan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalammemikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit.Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari duahari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selam-lamanya, dan bukanhanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teroris. Dan juga mereka kurang/terlambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk siswa (anak) tunagrahita dengansebutan anak dengan hendaya perkembangan. Diambil dari kata Childrenwith developmental impairment. Kata impairment diartika sebagai hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampauan dalam segikekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas. Penyandang tunagrahita (cacat ganda) adalah seorang yang mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut cacat ganda Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertaidengan keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain yang dimiliki selain cacatintelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni cacat ganda. Penanganan pada setiap ABK memiliki cara tersendiri.Mulaidari segi akademik, pribadi dan sosial mereka. Semuanya disesuaikan dengankondisi fisik dan mental mereka. Anak tunagahita banyak macamnya, ada yang disertai denganbuta warna, disertai dengan kerdil badan, disertai dengan berkepala panjang,di sertai dengan bau badan tertentu, dan segalanya : tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Mereka semua mempunyai persamaan yaitu kurang cerdasdan terhambat dalam menyesuaikan dir dengan lingkungan jika dibandingkandengan teman sebayanya. Mereka mempunyai ciri-ciri khas dan tingkat tunagahitaan yang berbeda-beda, ada yang ringan, sedang,berat, dan sangat berat.

  2. Rumusan Masalah
    - Definisi Dari Tuna Grahita
    - Bagaimana peranan Lingkungan Dan Peran Pendidikan Luar Sekolah Dalam Mengatasi anak Tuna Grahita

  3. Tujuan
    Agar Bermanfaat Untuk Semua Orang Dan Mengetahui Tentang Bagaimana Peranan Seorang Menanggapi Tentang Adanya Tunagrahita Dan Mengetahui Apa Itu Anak Berkebutuhan Khusus Anak Tuna Grahita dan Penaganannya


BAB II
PEMBAHASAN



  1. Definisi Anak Tuna Grahita
    Di mana-mana didunia ini, disamping ada anak yang normal, adapula anak dibawah normal dan diatas normal. Beberapa anak lebih cepat belajar daripada anak yang lain, di samping ada juga anak yang belajar lebih lamban dari teman seusianya. Demikian pula perkembangan sosial anak, ada yang cepat, ada pula yang lebih lamban dari anak normal. Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan/atau lebih lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak terbelakang mental: istilah resminya di Indonesia disebut anak tunagahita (PP No. 72 Tahun1991). Anak tunagahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari duahari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selam-lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teroris. Dan juga mereka kurang/terlambat dalam menyesuaikan diri denganlingkungan. Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk siswa (anak) tunagrahita dengansebutan anak dengan hendaya perkembangan. Diambil dari kata Childrenwith developmental impairment. Kata impairment diartika sebagai hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampauan dalam segikekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas. Penyandang tunagrahita (cacat ganda) adalah seorang yangmempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yangterganggu, adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehinggadisebut cacat ganda Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertaidengan keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertaidengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain yang dimiliki selain cacatintelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni cacat ganda. Penanganan pada setiap ABK memiliki cara tersendiri. Mulai dari segi akademik, pribadi dan sosial mereka. Semuanya disesuaikan dengankondisi fisik dan mental mereka. Anak tunagahita banyak macamnya, ada yang disertai denganbuta warna, disertai dengan kerdil badan, disertai dengan berkepala panjang,di sertai dengan bau badan tertentu, dan segalanya : tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Mereka semua mempunyai persamaan yaitu kurang cerdas dan terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan jika dibandingkandengan teman sebayanya. Mereka mempunyai ciri-ciri khas dan tingkat tunagahitaan yang berbeda-beda, ada yang ringan, sedang, berat, dan sangat berat.
    Seorang dikatakan normal (rata-rata) jika MA-nya sama hampir dengan CA-nya. Sedangkan apabila MA seorang jelas-jelas di atas CA-nyamaka anak tersebut tergolong anak cerdas (di atas normal). Sebaliknya bilaMA-nmnya jelas-jelas di bawah CA-nya maka ia tergolong kecerdasannya terbelakang , dan jika disertai terbelakang dalam adaptasi perilaku dengan lingkungan maka ia disebut anak tunagahita sehubungan dengan keterbelakangan kecerdasan ini , R.P mendey dan jhon wiles (1929 : 40). Sebagai catatan bahwa seseorang yang MA-nya jelas-jelas dibawah normal (IQ-nya 70 ke bawah) baru dikategorikan tunagahita jika atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampauan dalam segikekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas. Penyandang tunagrahita (cacat ganda) adalah seorang yangmempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehinggadisebut cacat ganda Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain yang dimiliki selain cacat intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni cacat ganda. Penanganan pada setiap ABK memiliki cara tersendiri.Mulaidari segi akademik, pribadi dan sosial mereka. Semuanya disesuaikan dengankondisi fisik dan mental mereka. Anak tunagahita banyak macamnya, ada yang disertai dengan buta warna, disertai dengan kerdil badan, disertai dengan berkepala panjang,di sertai dengan bau badan tertentu, dan segalanya : tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Mereka semua mempunyai persamaan yaitu kurang cerdasdan terhambat dalam menyesuaikan dir dengan lingkungan jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Mereka mempunyai ciri-ciri khas dan tingkat tunagahitaan yang berbeda-beda, ada yang ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Seorang dikatakan normal (rata-rata) jika MA-nya sama hampirdengan CA-nya. Sedangkan apabila MA seorang jelas-jelas di atas CA-nyamaka anak tersebut tergolong anak cerdas (di atas normal). Sebaliknya bila MA-nmnya jelas-jelas di bawah CA-nya maka ia tergolong kecerdasannya terbelakang , dan jika disertai terbelakang dalam adaptasi perilaku dengan lingkungan maka ia disebut anak tunagahita sehubungan dengan keterbelakangan kecerdasan ini R.P mendey dan jhon wiles (1929 : 40).Sebagai catatan bahwa seseorang yang MA-nya jelas-jelas dibawah normal (IQ-nya 70 ke bawah) baru dikategorikan tunagahita jika adaptasi tingkah lakunya pada lingkungan juga dibawah usianya (CA-nya). Abraham levinson (Achmad, 1970 : 62-53) menggambarkan tentang perkembangan anak-anak yang tergolong normal yang dapat digunakan sebagai bahan rujukan/perbandingan dalam menentukan apakah seseoranganak mengalami hambatan adaptasi perilaku atau tidak.
    Jika anak pada usia tertentu belum mampu melakukan perbuatan (sesuai dengan tingkah CA-nya), maka anak tersebut mengalami hambatan dalam adaptasi perilaku terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, anak tersebut dikategorikan tunagahita jika IQ-nya juga di bawah 70. Terdapat perbedaan antara tunagahita dengan skait mental, sakit jiwa, atau sakit ingatan. Dalam bahasa inggris sakit mental disebut Mentalillness yaitu merupakan kegagalan dalam membina kepribadian dan tingkahlaku. Sedangkan tunagahita dalam bahas inggris di sebut mentally retarded merupakan kurang berkembang serta kemampuan adaptasi perilakunya terlambat. Hal ini yang membedakan tunagahita dengan sakit jiwa adalah :tunagahita bermula dan berkembang pada masa perkembangan, yaitu sejak anak lahir sampai kira-kira usia 18 tahun. Sedangkan sakit jiwa dapat menyerang setiap saaat, kapan saja. Namun sekalipun sakit jiwa dan tunagahita berbeda, tidak mustahil anak tunagahita menderita sakit jiwa.

  2. KLASIFIKASI DAN PREVALENSI
    Pengklasifikasian anak tunagrahita yang sudah lama dikenal ialah Debil untuk yang ringan, Imbesil untuk yang sedang, dan Idiot untuk berat dan sangat berat. Kelompok tunagrahita yang digunakan oleh kalangan pendidik di amerika (American Education) ialah Educable Mentali Retarded, Trainable Mentally Retarded, dan Totally/Custodial Dependent yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : Mampu didik, Mampu latih, dan Mampu rawat. Pengelompokan tunagrahita berdasarkan IQ menurut WHO (Vivian Navaratman, 1987:403) yaitu : tunagrahita ringan dengan IQ50 tunagrahita sedang dengan IQ 30 dan tunagrahita yangberat/sangat berat dengan IQ kurang dari 30. dan Mampu rawat.
    Pengelompokan tunagrahita berdasarkan IQ menurutWHO (Vivian Navaratman, 1987:403) yaitu : tunagrahita ringan dengan IQ50 tunagrahita sedang dengan IQ 30 50, dan tunagrahita yangberat/sangat berat dengan IQ kurang dari 30.a. Menurut AAMD dan PP No. .72 Tahun1) Tunagrahita ringanMereka yang termasuk dalam kelompok mi meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, namun merekamempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidangpelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuanbekerja. Dalam mata pelajaran akademik mereka pada umumnya mampu mengikuti mata-mata pelajaran tingkat sekolah lanjutan, baik SLTPLB dan SMLB, maupun di sekolah biasa dengan program khusus sesuai dengan berat ringannya ketunagrahitaan yang disandangnya. Program yang diterapkan hendaknyadisesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka. IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50-70. Dalam penyesuaian sosialmereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan din dalam Iingkungan sosial tidak saja pada lingkungan yang terbatastetapi juga pada lingkungan yang lebih luas, bahkan kebanyakandan mereka dapat mandiri dalam masyarakat. Dalam kemampuan bekerja, mereka dapat melakukan pekerjaan yang semi skill dan pekerjaan sosial sederhana, bahkan sebagian besar dan mereka mandiri seluruhnya dalam melakukan pekerjaan sebagai orang dewasa. Anak tunagrahita ringan seringkali tidak dapat diidentifikasi serupai ini mencapaiusia sekolah. Biasanya mereka diketahui setelah mengikuti pelajaran di sekolah biasa selama satu atau dua tahun karena kesukaran mereka dalam mengikuti pelajaran dan penyesuaiandiri dengan teman-temannya. Prevalensi anak tunagrahita ringan kira-kira 75 % dari jumlah seluruh anak tunagrahita.


BAB III
PENUTUP


KesimpulanMelalui Pendidikan , anak berkebutuhan Khusus Dididik bersama sama anak lainnya (normal ) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya . hal ini di landasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkebutuhan khusus yang tidak dapat di pisahkan suatu komunitas


Pembelajaran yang bisa di terapkan yang bisa diterapkan pada anak tuna grahita di sekolah inklusi serta modifikasi prinsip pembelajaran, namun meskipun begitu dalam penerapannya di sekolah inklusi berbagai modifikasi model, metode ataupun prinsip pembelajaran diatas haruslah juga disesuaikan dengan kebtuhan anak tuna grahita yang ada di sekolah atau kelas tersebut dengan memberikan penempatan yang tepat sesuai dengan apa yang dia butuhkan.


Selain itu , pembelajaran yang dilakukan di sekolah inklusi bagi anak tuna grahita juga harus di lakukan dengan memerhatikan asas asas pengajaran bagi tuna grahita dalam proses penyampaiannya terutama untuk guru guru itu sendiri asas asas tersebut di antaranya : asas keperagaan , kehidupan kongrit , sosialisasi , skala perkembangan , individual


Saran
Anak berkebutuhan khusus perlu di beri kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sekolah atau SD terdekat . hal ini di maksudkan untuk membantu anak grahita terbut beradap tasi serta mengembangkan potensi yang di milik dengan di bantu teman sebayanya yang tidak memilik hambatan

0 komentar:

Post a Comment