Abu Hanifah an Nu'man lahir pada tahun 80 H (660 M) dan tinggal di
Kufah. Selama hidupnya beliau berhasil melaksanakan tawazzun (keseimbangan). Di
samping sebagai seorang faqih dengan kemampuan intelektual yang cemerlang,
beliau juga mengkhususkan waktu untuk mencari nafkah dengan berdagang, dan
beliau juga ahli ibadah. Beliau dikenal amat pemurah, berbudi pekerti luhur dan
suka memuliakan orang lain, tanpa pandang bulu siapa orang tersebut. Disamping
itu beliau lebih suka memberi daripada menerima.
Suatu kali Khalifah Abu Ja'far al Manshur, yang terkenal jarang
memberi sedekah kepada orang lain, menawarkan harta sebanyak 30.000 dirham
kepada Abu Hanifah, namun beliau menolaknya sembari mengatakan, "Wahai
Khalifah, aku orang asing di Baghdad, aku tak memiliki tempat yang aman untuk
menyimpan harta tersebut. Simpanlah harta itu di Baitul Maal, sehingga jika kelak
aku membutuhkannya aku dapat memintanya darimu." Di Kufah, Abu Hanifah
dikenal sebagai pedagang yang sangat dipercaya karena sikap amanahnya,
kemurahan hati dan kejujuran yang beliau miliki.
Sikap-sikap inilah yang senantiasa menjadikan dagangan beliau laku
keras. Dan lewat usahanya ini, Allah menganugerahkan rizki yang melimpah kepada
Abu Hanifah. Setiap akhir tahun disisihkannya sebagian dari keuntungannya untuk
dizakatkan, dan disumbangkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Abu Hanifah punya mitra dagang bernama Hafs Abdurrahman. Dia inilah
yang menjalankan dagangan Abu Hanifah ke para konsumen. Suatu ketika Abu
Hanifah menyiapkan dagangan untuknya dengan memberikan wanti-wanti bahwa pada
barang dagangannya yang tertentu ada cacatnya. "Jika engkau ingin
menjualnya, jangan lupa jelaskan pada para pembeli tentang cacat yang ada pada
barang tersebut", pesan Abu Hanifah.
Semua barang tersebut akhirnya terjual habis, namun Hafs lupa
memberikan penjelasan kepada para pembeli tentang cacat yang ada pada beberapa
barang seperti yang dipesankan Abu Hanifah. Setelah menyadari kesalahannya,
Hafs berusaha untuk mencari para pembeli barang tersebut, tapi usahanya itu
sia-sia.
Akhirnya masalah tersebut diketahui Abu Hanifah, sehingga beliau juga
berusaha mencari para pembelinya. Namun usaha tersebut juga tidak membawa
hasiI. Sejak saat itu Abu Hanifah selalu gelisah dan murung. Akhimya untuk
menebus kesalahannya tersebut, beliau sedekahkan seluruh hasil penjualan
tersebut. Dan karena kekecewaannya terhadap Hats Abdurrahman, sejak saat itu ia
memutuskan untuk tidak berhubungan bisnis lagi dengan Hafs.
Demikian mulia sifat dan sikap Abu Hanifah, namun ia selalu merasa masih kurang baik. Sebab ia menganggap sebaik-baik manusia yang patut untuk dijadikan suri teladan adalah Nabi Muhammad, karena itu beliau selalu ingin menyamai dengan akhlak Rasulullah yang sangat agung itu. Dan setiap saat beliau tidak pemah lupa beristightar memohon ampun kepada Allah setiap pagi. Karena ia merasa yakin bahwa tingkah lakunya dan amal perbuatannya masih banyak yang keliru.
0 komentar:
Post a Comment